SEMUA GOLONGAN MENGAKU BERPEGANG DENGAN AL-KITAB DAN AS-
🏘🚦✍ SEMUA GOLONGAN MENGAKU BERPEGANG DENGAN AL-KITAB DAN AS-SUNNAH, MANA YANG BENAR KALAU BEGITU..?
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
Maka semua mengaku-ngaku berpegang dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, telah lama kami mendengar para pemuda yang kebingungan, tatkala mengatakan:
Wahai saudara, sesungguhnya mereka mengatakan : Kami diatas Al-Kitab dan As-Sunnah,” dan yang lainnya juga mengatakan : “Kami diatas Al-Kitab dan As-Sunnah.”
Terus bagaimana yang benar?
Yang benar adalah Al-Kiab dan As-Sunnah dengan pemahaman As-Salaf Ash-Shalih (para pendahulu yang shalih).
Maka barang siapa yang berpegang dengan Al-Kitab dan As-Sunnah tapi tidak berpegang dengan pemahaman Para pendahulu yang shalih (as-salaf ash-shalih) berarti dia tidak berpegang dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, akan tetapi berpegang dengan akalnya, jika aku tidak mengatakan berpegang dengan hawa nafsunya.
Kebiasaanku memberikan beberapa contoh agar lebih jelas masalah ini, bahkan perkara yang sangat penting ini, yaitu Manhaj As-salaf Ash-Shalih. Disana ada kalimat yang diriwayatkan dari Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu:
إذا جالكم أهل الأهواء والبدع بالقرآن، فجادلوهم بالسنة.
Jika ada pengikut hawa nafsu dan kebid’ahan mendebat kalian dengan menggunakan Al-Quran, maka debatlah mereka dengan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Karena Al-Quran itu bisa dibawa ke berbagai pemahaman. Mengapa Umar mengatakan kalimat ini? Aku katakan, karena hal ini, Allah berfirman kepada NabiNya ﷺ dalam Al-Quran:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Kami turunkan Aż-Żikr (Al-Qur`ān) kepadamu, agar engkau wahai Nabi menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”
[QS An-Nahl: 44]
▪️ Apakah seorang muslim seorang arab, sebagaimana dikatakan : Sibawaih-nya zaman ini, yang mahir dalam bahasa Arab, sastranya dan tata bahasanya, apakah dia mampu memahami Al-Quran tanpa penjelasan dari Nabi kita ﷺ ?
Jawabnya : Tentu tidak bisa. Kalau tidak demikian, niscaya ayat :
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ
“Agar engkau wahai Nabi ﷺ menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.”
Menjadi sia-sia. Dan tidak mungkin dalam Kalamullah ada perkara sia-sia.
Kalau begitu, barang siapa yang ingin memahami Al-Quran tanpa melalui jalan Rasulullah ﷺ maka sungguh akan tersesat dengan kesesatan yang jauh.
▫️▪️ Kemudian, apakah mungkin orang ini bisa memahami Al-Quran tanpa melalui jalan para sahabat Rasulullah ﷺ?
Jawabannya juga : Tentu tidak mungkin. Yang demikian karena mereka adalah kaum yang menuliskan (ilmu) kepada kita :
Yang pertama : Lafazh Al-Quran yang Allah turunkan ke dalam hati Muhammad ﷺ.
Yang kedua : Para sahabat mereka yang menukilkan kepada kita penjelasan Nabi ﷺ yang disebutkan di ayat yang lalu, penerapan beliau ﷺ terhadap Al-Quran ini. Penjelasan beliau ﷺ terhadap Al-Quran itu terbagi tiga macam : Lafazhnya, penerapannya, dan persetujuannya.
Untuk lafazhnya, siapa yang menukilkan kepada kita? Para sahabat beliau.
Untuk penerapannya, siapa yang menukilkan kepada kita? Para sahabat beliau.
Untuk persetujaunnya, siapa yang menukilkan kepada kita? Para sahabat beliau.
Karena alasan itu, tidak mungkin kita mencukupkan diri dalam memahami Al-Quran dan As-Sunnah dengan pengetahuan kita secara bahasa saja, bahkan kita harus memahami Al-Quran dengan itu (pemahaman salaf, pendahulu yang shalih).
📑 Hadzihi Da’watuna 16-18
⏩|| Grup Whatsap Ma’had Ar-Ridhwan Poso
💽||_Join chanel telegram
http://telegram.me/ahlussunnahposo